Banjir
besar pun datang. Menyapu peradaban. Kecuali mereka yang beriman. Yang
memilih menaiki bahtera harapan. Itulah sejengkal kisah peradaban.
Dihadirkan agar diambil pelajaran.
Kali
ini saya tidak pada posisi membahas kisah Nabi Nuh sebagai seorang
nabi. Karena memang Saya tidak pakar dalam hal tersebut. Namun ijinkan
hamba nan bodoh ini mengambil ibroh bisnis dari kisah Nabi Nuh.
Kisah
Nabi Nuh dan kapalnya mengusik fikiran saya. Bagaimana kisah Nabi Nuh
ini berkesuaian dengan apa yang terjadi dalam dunia bisnis sekarang :
disruption atau penggilasan.
Di
tahun 1990an, santer terdengar isu tentang perkembangan dunia
telekomunikasi. Isu santer itu bernama Global System for Mobile-Communication atau yang disingkat dengan GSM. Ada isu besar,
bahwa ada teknologi yang membuat manusia tak lagi berkomunikasi via
kabel. Teknologi ini membuat manusia bisa terhubung secara nirkabel.
PT
Telkom sebagai raksasa telekomunikasi sedang menikmati indahnya
pembayaran tarif telepon fix line. Dengan bersumber dari pembayaran
telepon rumah, Telkom sedikit terbuai, namun tidak untuk beberapa orang
yang meyakini "Banjir Bandang" akan datang. Banjir Bandang itu bernama
GSM.
Sejak tahun 1993, mereka bergerak
mendirikan bakal calon anak perusahaan yang kan berteknologi GSM. Dan di
tahun 1995, berdirilah Telkomsel.
Membangun
Telkomsel di tahun 1995, ibarat membangun Kapal diatas gunung. Tidak
sedikit pesimisme dan cibiran berdatangan dari mereka yang tidak
"mengimani" banjir bandang GSM. Itulah kabar burung yang saya dengar
dari para pendiri Telkomsel di generasi pertama. Mereka seakan
orang-orang aneh dalam sejarah.
Di tahun awal-awal pendiriannya, Telkomsel cukup terseok menghadirkan layanan. Pelanggan pun masih sangat minim. Maklum, tekonologinya masih belum merata.
Sejarah berlalu, banjir bandang pun
terjadi. Arus GSM mengalir keras ke peradaban. Perangkat mobile phone
menyesaki saku-saku penduduk Indonesia. Peradaban telepon rumah seakan
ditinggalkan. Sebagian dipertahankan untuk sekedar syarat pencairan
kredit bank.
Kini, konon Telkomsel memasok
mayoritas pendapatan Telkom Group. Perusahaan yang dahulu dicibir ini
mendadak menjadi "Bahtera Nuh" bagi perusahaan raksasa telekomunikasi
Indonesia. Selamat.
Sejalan
dengan cerita Nabi Nuh, teknologi GSM ini hadir bersamaan dengan
teknologi internet, surel dan kerabatnya. Sebuah perusahaan jasa
pengiriman nasional yang tak bisa saya sebutkan namanya, entah
bagaimana, tidak begitu mengimani kabar hadirnya "Banjir Bandang"
Teknologi.
Kini perusahaan tersebut bertahan
walau berat. Andai perusahaan tersebut sempat membangun "Bahtera
Nuh"-nya, Saya yakin, keadaan perusahaan tersebut tak akan seperti saat
ini.
Aset-aset perusahaan tersebut kini mulai
menua dan tak terawat. Model bisnis mereka kini mulai direvolusi menjadi
payment gateway dan ekspedisi barang. Walau terseok, mereka tetap
bertahan. Persis seperti kampung paska banjir : recovery nya berat.
Ada beberapa hal yang dapat kita petik ambil pelajaran :
1. Banjir Bandang Pasti Datang
Dalam
dunia yang terus bergerak, perubahan adalah hal yang pasti terjadi.
Yang jarang disadari adalah... perubahan yang terjadi akan berdampak
seperti banjir bandang.
Perhatikan hal berikut ini,
Anda
berbisnis di industri kapal feri. Sebuah moda angkutan laut jarak
pendek. Biasanya menghubungkan pulau antar selat. Apa yang terjadi jika
pemerintah berhasil membangun jembatan atau terowongan bawah laut?
Banjir bandang.
Anda berbisnis jualan pulsa,
bagaimana jika suatu hari dunia terkoneksi internet, sehingga orang
tidak perlu lagi membayar pulsa untuk berkomunikasi? Banjir bandang.
Anda
memiliki bisnis kursus bahasa inggris, bagaimana jika suatu saat, ada
platform edukasi bahasa inggris yang tidak lagi membutuhkan kehadiran
fisik peserta didik? Banjir bandang.
Bisnis apa pun yang kita lakukan hari ini, tidaklah lepas dari ancaman banjir bandang. Karena begitulah dunia terus berubah
2. Bangunlah Bahtera Nuhmu
Banjir
Bandang adalah keniscayaan, namun hal itu bukanlah ancaman ketika Anda
berhasil membangun Kapal diatas gunung. Seperti Telkom yang berhasil
membangun Telkomsel, Seperti Trans Grup yang berhasil memodifikasi
Mallnya menjadi wahana rekreasi, karena mereka menyadari.. bahwa orang
tidak akan lagi datang ke mall untuk berbelanja, namun untuk rekreasi.
Dan biarkan impulse buying sebagai trigernya.
Apakah Anda sudah membangun kapal Nuh Anda?
3. Yang menghina hanya akan tenggelam
Lihatlah kisah Nabi Nuh, mereka yang menghina akhirnya larut bersama banjir bandang.
Ini
persis seperti kesadaran Kodak akan kamera digital. Mereka menertawakan
konsep camera digital yang tidak memiliki film didalamnya. Kodak
menertawakan kapal Nuh yang dibangun canon. Dan sekarang kodak tenggelam
dalam "kekufurannya"
Begitulah nokia, yang
menertawakan android, dimana nokia sangat mengagung-ngagungkan symbian
nya. Dan akhirnya mereka harus tenggelam bersama kesombongannya.
Begitulah
biro-biro travel yang tidak move on ke perilaku digital. Mereka harus
gigit jari melihat Traveloka melahap hampir seluruh market share
penjualan tiket mereka. Mereka tenggelam bersama banjir bandang
perubahan.
Semoga Allah melindungi saya, Anda dan kita semua, dari Banjir Bandang yang tak kuasa kita atasi.
Dan semoga Allah menuntun Saya, Anda dan kita semua, agar mampu membangun Bahtera Nuh yang seharusnya.
_oleh : Rendy Saputra_
"Peluang Bisnis Anti Gagal"
Apakah Anda termasuk kedalam 4 kriteria dibawah ini :
1. Sedang mencari pekerjaan ??
2. Seorang karyawan yang sedang mencari penghasilan tambahan ?
3. Anda memiliki karakter jiwa yang senang membantu orang lain ?
4 .Mau belajar internet digital marketing di FB, website dll ?
Bukan MLM, Bukan Money Game
Dan Bisa Dijadikan Pekerjaan Sampingan Tanpa Terikat Waktu dan Tempat..
Ayo bergabung bersama saya menjalankan bisnis Anti Gagal menuju kesejahteraan dan membentuk mental pebisnis, Info pendaftaran klik link disini..